Senin, 29 November 2010

BAKTI ANAK KEPADA ORANG TUA YANG SUDAH MENINGGALMar 21, '09 2:04 PM
for everyone
BAKTI ANAK KEPADA ORANG TUA YANG SUDAH MENINGGAL
Oleh:Hd. Ridwan Na`im


Kewajiban Anak Terhadap Orang Tua

        Islam  menempatkan kedua orang tua pada posisi yang sangat mulia. Begitu  mulia dan pentingnya, sehingga banyak ayat al-Quran  dan hadis yang mengingatkan hak dan kedudukan mereka. Bahkan, sampai Allah SWT.  menyandingkan perintah berbakti kepada mereka dengan perintah beribadah kepadaNYa. Allah SWT berfirman:

وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا
Artinya :
“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa" (al-Nisa': 36)

Tidak hanya itu, Allah juga menyandingkan perintah bersyukur (terimakasih) kepada Allah SWT. dengan perintah bersyukur kepada kedua orang tua. Allah berfirman:

وَوَصَّيْنَا الْإِنسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْنًا عَلَى وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ
Artinya:


Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.

Disebutkannya perintah berbakti dan mensyukuri kedua orang tua seteleh perintah beribadah dan bersyukur kepada Allah SWT.setidaknya menunjukkan dua hal. Pertama : betapa mulianya kedua orang tua, sehingga Allah SWT. Menyandingkan perintah untuk berbuat baik kepada mereka dengan perintah beribdah kepada-Nya, bahkan Nabi saw. Menuturkan bahwa menyakiti kedua orang tua adalah termasuk dosa besar
 أَلاَ أُنَبِّئُكُمْ بِأَكْبَرِ الكَبَائِرِ ؟ قُلْنَا : بَلَى يَا رَسُوْلَ الله. قَالَ ثَلاَثًا  الإِشْرَاكُ بِاللهِ وَعُقُوْقُ الوَالِدَيْنِ  وَكَانَ مُتَّكِئًا فَجَلَسَ فَقَالَ (( أَلاَ وَقَوْلُ الزُّوْرِ وَشَهَادَةُ الزُّوْرِ. أَلاَ وَقَوْلُ الزُّوْرِ وَشَهَادَةُ الزُّوْرِ
Artinya
Tidakkah kalian ingin aku kabarkan tentang dosa besar yang paling besar?” Kami menjawab, “Tentu, wahai Rasulullah.” Beliau pun berkata tiga kali, “Menyekutukan Allah dan durhaka terhadap kedua orang tua.” Semula beliau dalam keadaan bersandar, lalu beliau pun bangkit duduk dan mengatakan, “Ketahuilah, ucapan dusta dan saksi palsu! Ketahuilah, ucapan dusta dan saksi palsu!” (HR. Bukhari Muslim)


Kedua: mengingatkan kepada kita bahwa amal bakti dan terimakasih kepada orang tua harus didasari dengan ibadah dan syukur kepada Allah. Jadi, bakti kepada kedua orang tua yang tidak didasari dengan ibadah dan syukur kepada Allah adalah kebaktian yang tidak benar. Oleh karena itu, suatu hari ada seorang laki-laki bertanya kepada Umar al-Khattab :" saya mempunyai ibu yang usia lanjut, selama ini dia tidak bisa memenuhi hajatnya kecuali dengan aku gendong, apakah dengan demikian saya telah memenuhi hak dan kewajiban saya kepadanya?"  lalu Umar menjawab " belum,  kerena dulu dia melakukan seperti yang kamu lakukan kepada kamu, dengan penuh harapan agar kamu bisa tetap hidup dengan sehat, sementara kamu melakukan itu kepada dia, dalam hati kamu ada harapan supaya ibu kamu cepet meninggal". Demikianlah, betapa pentingnya landasan tersebut, sehingga menentukan sah dan tidaknya bakti kita kepada kedua orang tua. Adapun cara dan bentuk amal-bakti tersebut, bisa bermacam-macam sesuai dengan kodisi dan waktu. Allah SWT. Mentuturkan batasan  dan kaidahnya  dengan sangat indah dalam firmannya yang berbunyi:

فَلا تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ وَلا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا قَوْلاً كَرِيماً  وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُلْ رَبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيراً
Artinya

Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil".(al-Isra':23-24)
Diriwayatkan dari Imam Ali r a. beliau berkata: "jika ada sesuat yang lebih rendah dan lebih ringan dari perkataan " ah " atau  " hus " yang bisa menyakitkan kedua orang tua, niscaya sesuatu itu akan dilarang"
Kalau kita tahu bahwa berkata " hus " atau " ah " saja tidak boleh, kerena bisa menyakitkan hati kedua orang tua, bahkan seandainya ada ungkapan yang lebih ringan dari darinya pasti akan dilarang, maka tergambarlah dalam benak kita apa dan bagaimana bentuk bakti kepada kedua orang tua.

Keutamaan Berbakti Kepada Kedua Orang Tua

Berikut ini beberapa hadis yang menunjukkan keutamaan berbakti kepada kedua orang tua.

A.  Amal yang paling mulia
Dari Ibnu Mas’ud r.a. beliau berkata : " Aku bertanya kepada Rasulullah Saw." amal apakah yang paling dicintai Allah. Beliau menjawab : Sholat tepat pada waktunya kemudian aku bertanya lag.  Kemudian apalagi?  beliau menjawab : Berbakti kepada kedua orang tua. Kemudian aku bertanya lagi?. Kemudian apalagi ? Beliau menjawab :” Berjihad di jalan Allah " HR. Bukhori dan Muslim)
B. Disingkirkannya kesulitan dan bala bencana .
Sepeti kisah yang dituturkan bahwa suatu ketika Ada tiga orang yang sedang dalam perjalanan. Tiba-tiba turun hujan menimpa mereka hingga mereka  berteduh di dalam gua di sebuah gunung. Tatkala mereka berada di dalam gua, runtuhlah sebuah batu besar dari gunung di mulut gua hingga menutupi mereka. Maka ada di antara mereka yang berkata kepada temannya, “Lihatlah amal shalih yang pernah kalian kerjakan karena Allah, lalu mohonlah kepada Allah dengan amalan tersebut. Semoga dengan itu Allah akan memberikan jalan keluar kepada kalian.” Maka salah seorang di antara mereka berdoa, “ Ya Allah, sesungguhnya aku memiliki dua orang tua yang telah renta, dan aku juga memiliki istri dan anak-anak yang masih  kecil. Aku biasa menggembala kambing-kambing untuk mereka. Apabila aku telah membawa pulang kambing-kambingku, aku biasa memerah susu dan aku awali dengan memberikan minum kepada kedua orang tuaku sebelum memberikannya kepada anak-anakku. Suatu ketika aku terlalu jauh menggembala sehingga sampai sore hari aku belum pulang, hingga kudapati mereka berdua telah tidur. Maka aku pun memerah susu sebagaimana biasa. Kemudian aku datang membawa susu perahan itu dan berdiri di sisi kepala ayah ibuku. Aku tak ingin membangunkan mereka berdua dari tidurnya dan aku pun tak ingin memberi minum anak-anakku sebelum mereka berdua, sementara anak-anakku menangis kelaparan di sisi kedua kakiku. Terus menerus demikian keadaanku dengan mereka hingga terbit fajar. Ya Allah, jika Engkau mengetahui bahwa aku lakukan semua itu untuk mengharap ridho-Mu, berikanlah jalan keluar dari batu itu hingga kami dapat melihat langit.” Maka Allah pun memberikan kepada mereka kelapangan hingga mereka dapat melihat langit kembali (HR.Bukhari Muslim)
C. Masuk ke dalam surga
Dari Aisyah r.a, beliau berkata  Rasulullah Saw.  :Ketika aku sedang tertidur, maka aku melihat diriku berada di dalam surga kemudian aku mendengar seseorang membaca Al-Qur’an. Maka aku bertanya : " Siapa ini ?" Mereka menjawab : " ini adalah Haritsah bin Nu’man"  Maka Rasulullah Saw. berkata kepada Aisyah r.a : ” Begitulah balasan bagi orang yang berbakti kepada kedua orang tua , Begitulah balasan bagi orang yang berbakti kepada kedua orang tua (beliau mengulanginya dua kali.) dan dialah manusia yang paling berbakti kepada ibunya" ( HR. Ahmad dan Hakim)
D.  keridhoan Allah
Dari Abdullah bin Amr r.a, Nabi  Saw. Bersabda:  " Keridhoan Allah bersama Ridho orang tua dan kemurkaan Allah bersama murka orang tua"  ( HR. Tirmidzi )
E. amal Jihad
Dari Abdullah bin Amrr.a Beliau berkata : Seorang lak-laki bertanya kepada Rasulullah Saw.Bolehkah aku turut berjihad? maka Rasulullah Saw. Bertanya: " Apakah engkau masih memilliki kedua orang tua" Maka dia menjawab: "iya "lalu Rasulullah mengatakan : "maka kepada keduanyalah engkau berjihad". (HR. Bukhori-Muslim)

Bakti Kepada Orang Tua yang Sudah Meninggal

     Sedemikian penting dan mulianya kedua orang tua, sehingga bakti anak kepada orang kedua orang tua tidak selesai setelah kedua orang tua meninggal dunia, tapi masih berlanjut walaupun sudah meninggal. Diriwayatkan bahwa ada seorang laki-laki-laki mendatangi Rasullah saw. lalu bertanya :" walau Rasulullah, apakah saya masih bisa berbakti kepada kedua orang tua saya setelah kedua orang tua saya meningal dunia?" Rasulullah saw. menjawab:
نَعَمْ ، الصَّلأةُ عَلَيْهِمَا وَالاسْتِغْفاَرُ لَهُمَا ، وإنْفاَذُ عَهْدِهِماَ مِنْ بَعْدِهِماَ ، وَصِلَةُ الرَّحِمِ الَّتِى لاَتُوْصَلُ إلاَ بِهِماَ ، وَ اِكْرَِامُ صَدِيْقِهِماَ
" iya masih bisa, yaitu dengan mensahalatkan jenazah mereka, memohon ampunan untuk mereka, memenuhi janji mereka setelah mereka tiada, menyambung tali silaturrahmi yang tidak tersambung kecuali dengan mereka dan memluliakan teman mereka"(HR. Abu Dawud, Ibnu Majah dan dishahihkan oleh Ibnu Hibban)

hadis tersebut disamping menujukkan cara berbakti kepada kedua orang tua yang sudah meninggal, juga menunjukkan bahwa kebaikan yang dilakukan oleh orang  yang masih hidup untuk orang yang sudah meninggal itu bermanfaat dan pahalanya akan sampai kepadanya.  Hal ini dikuatkan banyak dalil, diataranya adalah:

اِذَامَاتَ ابْنُ ادَمَ اِنْقَطَعَ عَمَلُهُ اِلاَّ مِنْ ثَلاَثٍ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ اَوْعِلْمٍ يُنْتَفَ بِهِ اَوْوَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُوْلَهُ

Jika anak Adam meningga, maka putuslah segala amal perbuatannya kecuali tiga perkara; shadaqah jariyah, ilmu yang dimanfa’atkan, dan anak shaleh yang mendo’akannya.”
اقرءوا سورة يس  على موتاكم
Artinya
. Dan bacalah (surah) yasin tersebut atas orang-orang mati kamu ( HR Abu dawud, Nasai ibn majjah ibn Hibban  dan Ahmad)

عن ابن عباس : أن امرأة من جهينة جاءت إلى النبي صلى الله عليه وسلم فقالت : إن أمي نذرت أن تحج فلم تحج حتى ماتت أفأحج عنها ؟ قال : حجي عنها أ
Artinya
Dari ibnu abbas, sesungguhnya seorang wanita dari Juhainah, datang kepada Nabi saw. lalu dia bertakata:"sesungguhnya ibu saya teleh bernazar melakukan haji, dia meninggal sebelum melaksanakan nazar hajinya. Apakah boleh melukan haji menggantikannya? Nabi menjawab:" lalukan haji untuknya" (HR.Bukhori)

عن ابن عباس قال : جاء رجل إلى النبي صلى الله عليه وسلم فقال : يا رسول الله إن أمي ماتت وعليها صوم شهر أفأقضيه عنها؟ قال : [ لو كان على أمك دين أكنت قاضيه عنها ] ؟ قال : نعم. قال :  فدين الله أحق أن يُقضى 
Artinya
Dari Ibn Abbas, dia berkata: ada seorang laki-laki datang kepada Nabi saw.lalu dia bertanya :" wahai Rasulullah, sesungguhnya ibu saya teleh meninggal dunia, dan dia mempunyai hutang puasa satu bulan, apakah saya boleh melakukan pusa qodho` atas ibu saya?lalu Nabi menjawab:" jika ibu kamu mempunyai tanggungan hutang apakah kamu membayarnya ?orang itu menjawab: iya, Nabi saw.  berkata: Hutang kepada Allah lebh berhak untuk di bayar." (HR. Bukhari Muslim )
عنَّ سَعْدَ بْنَ عُبَادَةَ - رضى الله عنه - تُوُفِّيَتْ أُمُّهُ وَهْوَ غَائِبٌ عَنْهَا ، فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ أُمِّى تُوُفِّيَتْ وَأَنَا غَائِبٌ عَنْهَا ، أَيَنْفَعُهَا شَىْءٌ إِنْ تَصَدَّقْتُ بِهِ عَنْهَا قَالَ « نَعَمْ » . قَالَ فَإِنِّى أُشْهِدُكَ أَنَّ حَائِطِى الْمِخْرَافَ صَدَقَةٌ عَلَيْهَا

Artinya

" Sesungguhnya Ibu dari Sa’ad bin Ubadah radhiyallahu ‘anhu meninggal dunia, sedangkan Sa’ad pada saat itu tidak berada di sampingnya. Kemudian Sa’ad mengatakan, ‘Wahai Rasulullah, sesungguhnya ibuku telah meninggal, sedangkan aku pada saat itu tidak berada di sampingnya. Apakah bermanfaat jika aku menyedekahkan sesuatu untuknya?’ Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, ‘Iya, bermanfaat.’ Kemudian Sa’ad mengatakan pada beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, ‘Kalau begitu aku bersaksi padamu bahwa kebun yang siap berbuah ini aku sedekahkan untuknya"  (HR.Bukhari)
dan dalil-dalil lain yanga masih banyak yang samuanya menunjukkan bahwa kebaikan atau amal shalih yang dilakukan oleh orang yang masih hidup untuk orang yang sudah meniggal dunia itu bermanfaat  dan pahalanya sampai kepada orang yang sudah meninggal tersebut. kerena redaksi dalil tersebut berbentuk mutlak, maka, kebaikan dan amal shalih yang ditujukan untuk orang yang sudah meninggal tersebut boleh dikukan kapan saja, dimana saja dan dengan cara apa saja yang sesuai dengan kondisi dan kemampuan orang yang melakukannya selama dilakukan dengan niat yang benar dan  tidak mengandung  hal-hal yang dilarang oleh agama.
Prev: MENGEMBANGKAN SIFAT JUJUR DAN AMANAH
Next: MEMETIK PELAJARAN DARI KISAH PERJALANAN NABI MUSA AS DENGAN NABI KHIDIR AS

Tidak ada komentar:

Posting Komentar